Cinta Rasa Yogurt


Karya: Riki Bahari


Mata yang terasa masih ngatuk entah kenapa kini serasa memaksa untuk terbuka. Jelas saja seberkas cahaya mentari pagi yang berhasil menyelinap di sudut gorden jendela kamarku mulai mengusik ketenangan tidurku. Sinar itu mulai berani menyapa dan meraba mata kiriku. Kucoba dengan tangan kananku untuk menutupi dan menghalangi seberkas sinar mentari itu, namun sinar itu
sungguh sangat nakal bahkan ia semakin semangat dan liar. Kuhargai usahanya untuk membangunkanku. Langsung saja aku bergegas dari tempat tidurku. Langkah ngatuk dan malasku sehontak berubah ketika kulirik jam beker warna pink ku yang terletak tepat di atas meja kecil kamar tidurku menunjukan pukul 06.58 pagi. Aku langsung panik langsung menggunakan jurus express. Kulari ke kamar mandi menacri segayung air yang diharapkan dapat membuat mukaku terasa segar. Dengan panik ku langsung mengenakan seragam putih abuku dan langsung berangkat sekolah bersama supir pribadiku. Hingga pada akhirnya kebiasaanku gosok gigi di dalam mobil kini terulang kembali. Tapi ya sudahlah ini demi terhindar dari omelan pak satpam sekolah yang se enaknya menutup pagar sekolah.


Oh iyah aku jadi lupa untuk memperkenalkan diri. Nama aku Anggi Pratiwi panggil saja aku Gie. Aku sekarang berstatus pelajar kelas XI di salah satu SMA di daerah Bekasi. Sebenernya sih tidak ada yang spesial dalam ehidupan aku yang harus diceritakan. Namun kini ada sebuah kisah yang menurut aku menarik dan perlu dibagikan kepada semua teman teman yang membaca.


Ok singkat cerita. Akhirnya aku sampai di sekolah. Walaupun tidak kena marah dari pak satpam. Namun.. ketika aku memasuki kelas ternyata Bu Dian yang terkenal disiplin dan rajin itu sudah berada di kelas sedang mengajar. Dengan wajahku yang kucoba tundukan demi mengurangi rasa takut aku coba memberanikan diri masuk ke kelas “Pagi Bu...., maaf aku telat” ... “Kamu Angie kenapa telat lagi?” ... “Jalannya Macet Bu” ... “Alasan saja kamu, sekarang Duduk!!” ... “Baik Bu”.


“Ok sekarang coba buka buku cetak KIMIA kalian!” Bu dian dengan nada yang masih terdengar tegas memerintahkan kepada seluruh siswa/i untuk membuka buku cetak (Buku Paket Pembelajaran KIMIA). “Mati Aku!! Bukunya lupa aku bawa, padahal tadi ada di atas meja kamarku” aku mulai takut, bingung, cemas semuanya jadi satu. Suara ketukan sepatu Bu Dian mulai terdengar tepat dibelakangku. Benar saja beliau pasti sedang mengecek semua siswa/i apakah membawa buku cetak itu. Aku rasa detak jantungku ini mulai mengalahkan detakan sepatu Bu Dian dengan lantai. Aku tak kuasa menghadapi kenyataan ini dan aku langsung menutup kedua mataku ini. “Bagus kamu Angie.. Tumben kamu tidak lupa membawa buku cetaknya, pertahankan ini” mendengar perkataan itu aku merasa sangat heran sekali, inikah yang dinamakan keajaiban. Langsung kubuka kedua mataku ini, dan terlihat sebuah buku cetak KIMIA di atas mejaku, kini perasaanku sangat lega sekali. Tapi... ini buku siapa ya?? Ko bisa ada di atas mejaku?.


“Ridwan!! Mana BUKUMU!! Tak biasanya kamu sepeti ini. Masih dengan konsekuensi yang sama siapapun yang tidak membawa Buku Cetak berarti dia tidak bisa mengikuti pelajaran!!” aku langsung terheran heran melihat fenomena langka ini seorang anak kesayangan bu Dian kini melanggar aturan dari bu Dian. Ridwanpun langsung meninggalkan kelas dengan wajah tersenyum kepadaku. Aku merasa semakin heran. “Jangan-jangan buku ini bukunya Ridwan?!” kalaupun itu benar bodoh sekali Ridwan.


Jam istirahat ku temui Ridwan yang sedang makan Soto di kantin. “Eh.. Idiot!! Kenapa kamu kasih buku kamu ke aku?!” .. “Yaelah... Bukanya bilang terimakasih ke, atau apa ke... ini malah ngata-ngatain” ujar Ridwan. “Bukanya begitu, tindakan kamu itu jelas jelas merugikan diri sendiri” .. “Siapa bilang rugi? Nggak ko.. malah rugi itu ketika kita tidak bisa membantu teman kita sendiri”. Gila ini anak baik banget, jarang sekali aku menemukan anak seperti dia. “Ya udah ini Bukumu, makasih ya..” aku mencoba berusa berterimakasih atas bantuan yang ridwan berikan. “tapi maaf kata terimakasihmu udah kadaluarsa” balas Ridwan. Sumpah ini anak ngeselin banget.


Minggu selanjutnya masih dipelajaran Bu Dian. Masih dengan keadaan yang sama yaitu aku masih datang terlambat. Namun pada saat ini aku tidak lupa akan membawa Buku lagi. Di menit-menit terakhir pelajran Bu Dian memberikan sebuah tugas yang pengerjaannya oleh kelompok, satu kelompok terdiri dari 2 orang. Tugasnya yaitu membuat Yogurt. Parahnya aku satu kelompok bareng dengan Ridwan si anak ngeselin itu. Tapi mau gimana lagi, sungguh sangat tidak mungkin jika aku protes ke Bu Dian.


Di hari minggu aku dan ridwan janjian di sebuah tempat untuk membicarakan tugas yang diberikan oleh Bu Dian. Sudah 1 jam aku menunggu Ridwan di Taman hingga pada akhirnya diapun datang. “kemana saja si, lama banget aku bilangkan jam 2 siang, kenapa kamu datengnya jam 3!!” .. “Ya udah sih maaf-maaf” dan baru kali ini aku mendengar seorang Ridwan mengatakan sebuah kata “maaf” terkesan aneh. Tapi ya sudahlah gak perlu dibahas.


“Ya udah sekarang kita mau kemana?” .. “langsung saja ke rumah industri yogurt, kita cari informasinya disitu.. oh iyah motor kamu mana?” ... “mmmp... aku gak bisa naik motor.... :D” ... “yaelah terus? Emang kamu mau naik motor butut aku?” .. “ya mau gimana lagi....” ... “Ya udah buruan naik!!”... “Jangan ngebut!”. Baru kali ini aku naik motor berdua dengan cowok kalau aja ini bukan tugas sekolah aku gak bakalan deh kayak gini. Kucoba jaga jarak duduk antara dia (Ridwan) dengan aku. “Gie.. kamu kenapa sih duduknya yang santai aja napa, dari tadi kayaknya gak nyaman” Ujar Ridwan. Selang beberapa waktu tepat berada di depan ada sebuah polisi tidur. Pada saat itu Ridwan tidak fokus dalam mengemudi karena sedang ngobrol denganku. Sontak yang awalnya aku jaga jarak antara dia dengan aku kini tak sengaja aku jauh lebih dekat bahkan memeluk Ridwan. Sumpah itu semua reflex tak ada maksud lebih. “Maaf-maafin aku, aku bukan bermaksud” dengan perasaan canggung aku mencoba meminta maaf telah berani memeluk tubuhnya. “iyah gak apa apa lagian tadi salah aku juga yang gak fokus mengemudi” .. “Hmmpp..”


“Selamat datang di gubuk sederhanaku” sesampainya di lokasi ridwan langsung mengatakan kalimat tersebut. “Ko malah kerumahmu si?” terheran aku mencoba bertanya. “iya.. disinilah tempat produksi yogurtnya, bapakku adalah seorang pengusaha yogurt kecil kecilan” .. “Oh...” sesekali aku melirik dan melihat lihat rumahnya yang sederhana tidak kecil maupun tidak besar.


Langsung aku masuk kedalam rumahnya dan melihat bagaimana proses produksi yogurt. Sesekali aku juga mewawancarai Pak Burhan ayahnya Ridwan mengenai proses produksi untuk memenuhi tugas yang sedang dikerjakan. Setelah itu kami berdua aku dan ridwan sekarang mencoba untuk mempraktekan/ membuat yogurt itu sendiri. Semua racikan yogurt kami telah rampung terbuat. Kini hanya menunggu proses fermentasinya saja.


Ke esokan harinya sepulang sekolah aku langsung menghampiri ridwan. Sungguh aku tidak sabar ingin segera mencicipi yogurt buatanku sendiri. “Ayo Ridwan kita cek yogurtnya, aku sudah tidak sabar igin merasakan yogurt buatanku” .. “enak saja, itu yogurt bukan hanya kamu aja yang bikin tapi sama aku juga :P” ... “iya deh maksud aku yogurt buatan kita berdua. Puas!!.... mmmpp.. kira-kira rasanya bagaimana ya?” ... “ya udah sih jangan banyak tanya mending kita langsung saja berangkat”.


Akhirnya aku dan ridwan tiba di lokasi yaitu rumahnya ridwan. Kamipun langsung mengecek yogurt buatan kami berdua. “aduh... kira – kira rasanya enak gk ya..., jangan jangan malah gak enak lagi...” ... “lama banget si tinggal rasain doang, sini biar aku yg duluan yang ngerasainnya” ridwan langsung meraih segelas yogurt tersebut. “Gimana rasanya?” ... “rasanya asem... tapi lama –lama terasa lebih manis dan nikmat” ... “wah yang benar? Jadi kita berhasil dong? Horeee!!!”.



Setelah itu mengingat cuaca terlihat sudang mendung akupun bergegas ingin segera pulang. Seperti biasa ridwan yang selalu mengantar. Karena saat itu aku belum bisa naik motor. Entah apa yang berbeda dengan suasana pulang sekarang. Motor ridwanpun masih terlihat sama seperti dulu. Dan aku baru sadar kini posisi dudukku lebih dekat dengan ridwan. Tangankupun tidak terasa canggung ketika ingin berpegangan ke tubuh ridwan. Sempat aku membenarkan posisi duduk dan mencoba untuk menjaga jarak seperti awal awal aku naik motor dengannya. “tuh kan kamu mulai aneh, sudahlah kalo naik motor denganku kamu tak usah canggung atau malu.. biasa aja santai ajalah...” ridwan langsung berkata ketika ia merasa posisi duduk aku mulai berubah-ubah smapai sampai ia hampir kehilangan fokus menyetirnua. “aku gk apa apa ko..” saut aku mencoba menetralkan keadaan.


Di tengah perjalanan pulang hujanpun turun. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti dulu menunggu hujan reda. Kebetulan saat itu ada sebuah warung kosong dan kamipun memutuskan untuk berhenti disitu. Entah kenapa rasa dingin itu sangat kuat menyapa. Serasa es sedang menyelimuti tubuku. Memang saat itu hujan turun sangat lebat dan anginpun lumayan sangat kencang dan dingin. Melihat aku kedinginan ridwan tak tega, ia langsung melepas jaket dan seragam sekolahnya. Dan membalutkan ke tubuh aku ini. Keadaan mulai terasa nyaman berkat bantuan jaket dan seragam yang ridwan berikan padaku. “Terimakasih yaa... tapi kamu gk kedinginan?” .. “gak apa apa ko... aku gak tega aja melihat orang kedinginan apalagi cewek”. Tak sengaja kamipun berpegangan tangan sangat erat. Mungkin itu refleks effect rasa dingin. Tiba-tiba suara petir yang keras terdengar. Sontak kami berdua kaget dan saling memeluk satu sama lain. Serasa waktu mulai berhenti. Kampipun saling menatap satu sama lain. Kulihat dibalik sikapnya yang cuek+nyebelin ada sebuah berkas ketulusan yang ada di bola matnaya. Aku semakin takut kenapa mukanya semakain mendekat dan mendekat. Kurasakan hembus nafasnya meraba mukaku. Sorot tajam matanya mengunci bibirku. Sungguh saat itu aku tidak bisa berkata apa apa. Aku hanya bisa diam melihat dia semakin dekat dan dekat... seperti kebiasaanku jika situasi gawat sedang terjadi aku hanya bisa memejamkan mataku. Kupejamkan mataku dan... “owh... sorry yah... maaf --- maaf banget aku bukan bermaksud” ucap ridwan. Mendengar perkataanya aku langsung membuka mata dan mencoba melepaskan diri dari pelukan ridwan. “a...a.. ii..iiyah aku juga minta maaf”.


Hujanpun reda, kamipun melanjutkan perjalanan kami. Hingga pada akhirnya aku sudah sampai di depan rumahku “terimakasih ya atas tumpangannya” ... “iyaah sama-sama, besok kita kan ketemu lagi di sekolah dan jangan lupa bawa buku cetakmu J” ... “ok jangan lupa juga bawa yogurt buatan kita”.


Setelah kejadian tadi entah kenapa perasaanku semakin aneh. Kenapa aku ingin sekali cepat cepat hari esok. Rasanya aku tidak mau menunggu untuk tidur. Aku ingin segera berangkat sekolah. Dan kini aku bangun jam 04.30 aku persiapkan segalanya mulai dari pakaian, buku pelajaran, sampai-sampai yang tadinya aku gak suka nyisir rambut+pake minyak wangi kini jadi rajin nyisir rambut+pake minyak wangi. Kubuka jendela kamarku dan kujulurkan lidahku mengarah ke mentari pagi :P “akhirnya kukalahkan kamu, sekarang yang bangun terlebih dahulu aku duluan bukan kamu” aku coba membanggakan diri dan mengejek sang mentari hehee....


Di kantin sekolah dengan suasanya yang sama yaitu ridwan yang sedang asik menikmati sotonya. Akupun menghampirinya. “Akhirnya proyek bikin yogurt kita berjalan dengan lancar dan hasilnyapun enak smapai sampai bu Dian merasa senang heeehe” ucap aku “syukurlah kalo begitu, inikan berkat team work kita” ... “hmmpp”. Selang beberapa menit aku hanya diam dan ridwan masih asik dengan semangkuk sotonya. “oh iyaah... aku boleh menanyakan sesuatu gak?” ... “boleh... mau nanya apa?” sontak seketika ridwan langsung menatapku. “Mppp... kamu pernah jatuh cinta? Maff kalo pertanyaanku bersifat pribadi, gak dijawab juga gk apa apa ko” .. “mmp sebenernya si aku sudah pernah” ... “oh...” entah kenapa aku mulai merasa BT! :/ “terus rasanya jatuh cinta itu seperti apa si?” aku coba tanya lagi “ wah wah wah... tumben tumbennya kamu menanyakan hal hal cinta, menurutku jatuh cinta itu rasanya seperti Yogurt bikinan kita” ... “hah!! Ko aneh si?” ... “itulah cinta, kadang cinta itu aneh”. Kriiiiiiiiiiing!!!!! “sudah bel masuk tuh ayo kita masuk ke kelas” dengan menggandeng tanganku ridwanpun mencoba mengajaku masuk kelas.


The End_




Apakah mereka berdua akan menjadi sahabat? atau bahkan lebih dari sahabat?



Related Posts

Cinta Rasa Yogurt
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>